Ketika saya menyatakan akan memimpin pendakian Gunung Slamet bersama
para mahasiswa, seorang kawan menyatakan bahwa saya gila. "Gunung itu
tingginya 3.422 m, gunung nomor dua di Pulau Jawa. Dan menurut Junghun,
ia mendaki gunung itu dengan merangkak. Di puncaknya pada musim-musim
tertentu suhu dapat turun sekitar nol derajat." Apa yang dikatakan kawan
ini memang benar. Seorang rekan organisasi pendaki gunung di Bandung,
Wanadri, mengatakan bahwa ketika ia bersama rombongan RPKAD mendaki dari
lereng selatan, ia memerlukan waktu sebelas jam tanpa istirahat. Lagi
pula di Gunung Slamet tak ada air.
Akhirnya
saya putuskan bahwa saya akan mendaki gunung ini. Enam kawan saya yang
terkuat berjalan seminggu sebelum kami. Sepulangnya, mereka memberikan
semua informasi yang diperlukan. Dan selama itu saya mempersiapkan
hal-hal yang perlu di Jakarta. Dalam rencana, peserta yang akan turut
berjumlah 15 orang. Biaya transpor termurah kira-kira Rp. 400,00 pp.
Sehingga diperlukan kira-kira Rp. 6000,00 untuk biaya perjalanan. Dan
kas Mapala (mahasiswa pencinta alam UI) hanya ada Rp. 1.200,00. Jadi
saya harus mencari kira-kira Rp. 4.800,00
Seminggu sebelum berangkat kawan-kawan mulai "mengemis". Hasilnya
terkumpul Rp. 3.300,00 ditambah dengan obat-obatan (dari apotek Titi
Murni) dan beberapa buah barang kalengan. Kekurangannya dipikul oleh
kawan-kawan, yang rata-rata juga tidak punya uang. Tapi akhirnya, kami
memutuskan untuk berangkat.
Setiap kali kami meminta sumbangan kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa;kami
adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme
tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya
dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal akan objeknya.
Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal
Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari
pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah
kami naik gunung. Melihat alam dan rakyat dari dekat secara wajar dan di
samping itu untuk menimbulkan daya tahan fisik yang tinggi. "Libur ini kami ingin mendaki gunung yang berat," kami terangkan pada mereka.